Friday, August 10, 2007

JIKA ANDA INGIN BERJALAN DI ATAS AIR?
Matius 14 :22-33

“Tetapi waktu Petrus melihat betapa besarnya angin di danau itu, ia takut dan mulai tenggelam. "Tuhan, tolong!" teriaknya. “

Setelah lima ribu orang itu makan dengan kenyang, maka Matius mencatat bahwa Yesus melakukan sesuatu tindakan yang tidak seperti biasa. Umumnya Yesus langsung naik ke perahu bersama-sama dengan murid-Nya, tetapi kali ini Ia memerintahkan agar murid-murid- Nya berangkat terlebih dahulu,,sementara orang banyak itu disuruh pulang. Yohanes 6 : 15 menjelaskan tentang latar belakang peristiwa ini. Ketika orang banyak itu insaf dengan mujizat yang telah terjadi, mereka mau memaksa agar Yesus menjadi raja. Tentu hal ini cukup positif; namun apabila Yesus menjadi raja yang baru di Palestina, maka langsung akan ada perang besar dengan raja Herodes Antipas dan dengan atasan raja Herodes, yaitu Kaisar Romawi. Memang benar Tuhan mempunyai rencana agar Yesus menjadi raja atas seluruh dunia, namun demikian Yesus tahu bahwa saat itu belum waktunya. Oleh sebab itu maka Yesus mengambil tindakan menjauhkan diri dari murid-murid- Nya.

Malam itu juga kedua belas murid itu berdayung perahu, sementara Yesus berdoa di bukit. Sesudah beberapa mil mereka berdayung, tiba-tiba muncul angin sakal., angin yang berlawanan arah dengan perahu mereka. Murid-murid Yesus menjadi takut dan harus berdayung keras-keras untuk maju. Tambahan pula hati mereka masih belum tenang, karena tiba-tiba Yesus memisahkan diri dari mereka. Di saat-saat yang genting itu, Yesus tetap ingat murid-murid- Nya, sehingga kira-kira jam tiga malam Ia berjalan di atas air menemui mereka. Pada waktu melihat-Nya, mereka berpikir ada hantu, namun kata Yesus : “Tenanglah! Aku ini, jangan takut” Nah melihat Yesus berjalan di atas air, maka di ayat 28 Petrus berseru “ Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air”

Bagaimana kita dapat berjalan di atas air? Apa makna rohani yang kita pelajari dari peristiwa ini?

1. Berjalan di atas air menunjukkan kehadiran Allah

Petrus tidak bisa lepas dari karakternya yang cepat tanggap. Itu sebabnya tatkala Yesus berkata “Tenanglah Aku ini dan jangan takut” dengan spontan respon Petrus juga minta agar Tuhan memperbolehkannya berjalan di atas air. Petrus tidak bermaksud hendak mengadakan mujijat, sebab peristiwa berjalan di atas air bukan suatu yang asing. Orang kafir di India yang bertapa pernah berjalan di atas air. Saya juga pernah membaca seorang pesulap yang bernama Chris Angel juga dapat berjalan di atas air di Texas. Makanya di dalam konteks ini jelas sekali Petrus tahu bahwa Tuhan itu hadir. Dan kehadiran Tuhan itu sanggup menenangkan dan menghilangkan rasa takut.

Jika kita baca dengan teliti, kehadiran Tuhan itu melebihi kecepatan murid-murid- Nya mendayung perahu. Ini juga membuktikan kepada kita bahwa sebenarnya kehadiran Tuhan itu senantiasa lebih awal, walau sekalipun kita belum memikirkannya. Tuhan kita maha tahu, Ia sekaligus adalah Tuhan yang mengetahui dan menegerti kebutuhan kita; bahkan sebelum kita memintanya.

Kalau kita memiliki Tuhan yang demikian, mengapa kita tidak meminta Dia juga hadir dalam kehidupan kita. Petrus telah meminta kepada Tuhan, sehingga ia dapat berjalan di atas air. Jika Petrus tidak memintanya berarti ia akan kehilangan kesempatan yang Tuhan berikan kepadanya. Hari ini Tuhan itu hadir di tengah-tengah kita, jika kita tidak memakai kesempatan menerima kehadiran-Nya maka kemungkinan kita akan kehilangan kesempatan itu sama sekali.


Menurut orang Tionghoa ada tiga tipe manusia di dalam melihat kesempatan itu. Yang pertama, orang yang lemah, menunggu kesempatan. Yang kedua, orang yang kuat, menciptakan kesempatan. Dan yang ke tiga, orang yang cerdik/bijak memanfaatkan kesempatan. Nah, bagi orang lemah, bila kesempatan belum datang, dia akan menunggu dan menunggu sampai kesempatan itu datang, Bila setelah ditunggu kesempatan belum juga datang, dia berpikir, dan berpasrah beginilah memang nasibku. Tipe manusia kedua: bagi orang kuat, bila kesempatan belum datang, dia akan mengunakan berbagai macam cara, kreatifitas, koneksitas, dan segenap kemampuannya untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya. Sedangkan tipe manusia ketiga: bagi orang cerdik/bijak, dia akan memanfaatkan kesempatan itu, karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang berharga, belum tentu kesempatan itu datang untuk kedua kali. Saya tidak tahu tipe anda yang mana, namun yang pasti Petrus telah memilih
posisi yang ke tiga, ia selalu menghargai kesempatan yang ada.

Saya sering mengatakan pada beberapa anak muda, mumpung gereja kita masih kecil, dan kesempatan anda terlibat dalam pelayanan begitu banyak; maka jangan sia-siakan itu. Selama masih terbuka bagi anda apalagi masih belum berkeluarga, pakailah kesempatan itu. Pernahkah kita berpikir ulang mengapa Tuhan memberi kesempatan kepada saya terlibat dalam pekerjaan-Nya? Apakah karena Tuhan kekurangan orang? Tidak ! Nah kalau hari ini kita diberi kesempatan, itu berarti anugerah. Hargailah, pakailah dan raihlah.

2. Berjalan di atas air juga berarti harus tanggalkan perahu

Petrus tidak dapat bertemu dengan Tuhan apabila ia tidak keluar dari perahu itu. Tidak gampang sebenarnya untuk memutuskan diri ke luar dari perahu itu. Walaupun di lautan banyak gelombang, paling sedikit lebih aman , lebih terjamin dan lebih nyaman bila berada di atas perahu. Keluar dari perahu berarti ada resiko basah dan resiko tenggelam dan mati..

Saya jadi teringat peristiwa July 4 tiga tahun yang lalu. Waktu itu bersama dengan beberapa pemuda kita ikut rafting di sungai Sacramento. Sebelum berangkat saya sudah wanti-wanti tentang apa yang bakal terjadi bila saya sempat keluar dari perahu itu. Oleh sebab itu sebelum mulai Rafting se[perti biasanya diadakan sedikit briefing untuk meberitahukan bagiamana supaya aman dalam perjalanan. Beberapa hal yang saya masih ingat terus antara lain; jika kita mendayung perlu seragam mengayunkan dayungannya, yang lain bila ada aba-aba tunduk kita harus taati, kemudian jika ada aba-aba hentikan dayungan, atau tiarap maka kita harus segera lakukan

Ceritanya perahu kami yang ditumpangi tujuh orang itu mulai berjalan. Heran sekali, baru berjalan dalam hitungan beberapa menit ada seperti terjunan yang pertama. Semua sudah siap-siap. Perahu kami ikut melaju cepat, namun saya terdampar keluar dan masuk ke dalam sungai. Untungnya saya pegang erat tali yang ada di kapal, sehingga walaupun tubuhnya sudah masuk sungai, talinya masih melekat di tangan saya. Benar-benar basah kuyup, dan orang Indonesia bilang “untungnya” masih timbul keluar, sehingga hari ini masih bisa bertemu dengan anda.

Tidak gampang mengikuti Tuhan, bagi orang Kristen baru mungkin masih tidak terlalu sulit, paling dikatakan oleh sang pendeta percaya pada Tuhan Yesus maka engkau selamat sambil mengutip Kisah 16:31. Apakah hal itu salah? Oh tidak tentunya. Namun, setelah itu kita perlu bertumbuh; dan proses pertumbuhan itu memerlukan pengorbanan. Salah satunya yaitu kita harus menanggalkan perahu ini.

Saya sendiri tidak tahu selama ini apa yang menjadi perahu anda? Apakah perahu anda adalah perusahaan orang tua dan segala warisannya? Apakah perahu anda itu adalah pekerjaan yang sedang anda kerjakan saat ini? Apakah perahu anda adalah kecerdasan yang anda milki selama ini? Apakah perahu anda adalah gelar anda? Janga samapi “perahu” ini selalu menghalangi anda bertemu dengan Tuhan.

3. Berjalan di atas air juga berarti harus fokus pada Tuhan

Petrus yang baru saja mengalami ketakutan karena angin sakal itu, sekarang ingin turun dari perahu untuk bertemu dengan Yesus. Satu pihak ia ingin memastikan bahwa yang di depannya itu benar-benar adalah Yesus, dipihak lain ia begitu yakin kalau Yesus yang mengijinkan dia berjalan di atas air sudah pasti aman dalam perlindungan- Nya. Namun siapa sangka , perkiraan Petrus meleset, justru ia hanya berjalan sebenatar lalu tenggelam. Tentu kita bertanya, mengapa Petrus tenggelam? Bukankah Yesus yang menyuruhnya berjalan di atas air itu? Benar sekali, Yesus yang menyuruih Petrus berjalan di atas air, namun perhatikan ayat 30 “ Tetapi ketika dirasanya tiupan angin” Terjemahan Alkitab Sehari-hari sama dengan beberapa terjemahan dalam bahasa Inggris, bunyinya “But when he saw the wind” (NIV) , “Tetapi ketika, maksudnya si Petrus melihat betapa besarnya angin di danau itu” Memang sesungguhnya angin tidak bisa kita lihat, tetapi kita bisa mengerti kalau sekarang Petrus berada di
atas lautan, sehingga tidak salah kalau terjemahan baru melogikakannya “Tetapi dirasakannya tiupan angin”

Apa maksudnya ketika Petrus melihat betapa besarnya angin? Maksudnya adalah pada waktu itu fokus perhatian Petrus beralih, tadinya ia melihat Yesus dan tujuannya hanya menemui Dia. Namun godaan datang, sehingga ia beralih perhatiannya, dan Alkitab mencatat Petrus takut dan mulai tenggelam. Demikian juga hal iman kita, pada saat fokus kita pada Yesus, maka kita akan kuat dan tanpa ketakutan. Namun bila fokus kita pada yang lain, maka kita mulai merasa takut . Nah kelebihan Petrus adalah pada saat yang penuh ketakutan dan tenggelam itu, ia masih sadar dan berteriak minta tolong kepada Yesus.

Ada banyak manusia yang pada waktu mengalami kesulitan berat lalu datang pada Yesus. Apakah hal ini salah? Tidak, orang ini telah memilih jalan yang benar. Ketika masih membutuhkan pekerjaan, mobil, anak dan harta kekayaan, ia bisa berdoa semalam suntuk dan berpuas berhari-hari, namun bila semua sudah diperoleh, fokusnya bukan lagi pada Yesus. Fokusnya beralih pada segala materi dan benda tersebut. Ke gerejapun mulai malas, alasannya capek dan anak-anak tidak bisa bangun pagi-pagi (padahal yang malas bangun dia sendiri), pelayananpun dikurangi, alasannya sibuk. Nah, dalam kondisi yang demikian, apabila kita tetap terlena dan tidak sadar, maka kita akan tenggelam terus. Itu sebabnya, bila benar anda telah merasakan kondisi ini, sama seperti Petrus kita harus berteriak “Tuhan , tolong” Namun selanjutnya saya juga menemukan akhirnya ada banyak orang percaya seperti ini terus terlena dengan keadaaan ini, dan kemudian hilang dari gereja dan persekutuan. Bahaya sekali
bukan!

Hari ini jika anda hendak berjalan di atas air, dan tetap dalam perlindungan Tuhan, maka yang pertama, anda harus meyambut kehadiran Tuhan, yang kedua anda harus turun dari perahu dan yang ketiga anda harus memfokuskan diri pada Tuhan. Ingat, kadang bukan angin badai, kesakitan, kemiskinan, sakit penyakit, atau kesusahan dan penderitaan yang membuat kita jauh dari Tuhan; tetapi bisa saja kesuksesan, kekayaan yang datangnya seperti angin sepoi-sepoi, dan akhirnya kita tenggelam. ( San Jose, 15 Juli 2007, 09.43 pm)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home