ARTIKEL
Semoga lembar artikel ini bisa menjadi berkat buat kita semua. Selamat membaca! Tuhan Yesus memberkati!
Friday, August 31, 2007
Friday, August 10, 2007
Matius 14 :22-33
“Tetapi waktu Petrus melihat betapa besarnya angin di danau itu, ia takut dan mulai tenggelam. "Tuhan, tolong!" teriaknya. “
Setelah lima ribu orang itu makan dengan kenyang, maka Matius mencatat bahwa Yesus melakukan sesuatu tindakan yang tidak seperti biasa. Umumnya Yesus langsung naik ke perahu bersama-sama dengan murid-Nya, tetapi kali ini Ia memerintahkan agar murid-murid- Nya berangkat terlebih dahulu,,sementara orang banyak itu disuruh pulang. Yohanes 6 : 15 menjelaskan tentang latar belakang peristiwa ini. Ketika orang banyak itu insaf dengan mujizat yang telah terjadi, mereka mau memaksa agar Yesus menjadi raja. Tentu hal ini cukup positif; namun apabila Yesus menjadi raja yang baru di Palestina, maka langsung akan ada perang besar dengan raja Herodes Antipas dan dengan atasan raja Herodes, yaitu Kaisar Romawi. Memang benar Tuhan mempunyai rencana agar Yesus menjadi raja atas seluruh dunia, namun demikian Yesus tahu bahwa saat itu belum waktunya. Oleh sebab itu maka Yesus mengambil tindakan menjauhkan diri dari murid-murid- Nya.
Malam itu juga kedua belas murid itu berdayung perahu, sementara Yesus berdoa di bukit. Sesudah beberapa mil mereka berdayung, tiba-tiba muncul angin sakal., angin yang berlawanan arah dengan perahu mereka. Murid-murid Yesus menjadi takut dan harus berdayung keras-keras untuk maju. Tambahan pula hati mereka masih belum tenang, karena tiba-tiba Yesus memisahkan diri dari mereka. Di saat-saat yang genting itu, Yesus tetap ingat murid-murid- Nya, sehingga kira-kira jam tiga malam Ia berjalan di atas air menemui mereka. Pada waktu melihat-Nya, mereka berpikir ada hantu, namun kata Yesus : “Tenanglah! Aku ini, jangan takut” Nah melihat Yesus berjalan di atas air, maka di ayat 28 Petrus berseru “ Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air”
Bagaimana kita dapat berjalan di atas air? Apa makna rohani yang kita pelajari dari peristiwa ini?
1. Berjalan di atas air menunjukkan kehadiran Allah
Petrus tidak bisa lepas dari karakternya yang cepat tanggap. Itu sebabnya tatkala Yesus berkata “Tenanglah Aku ini dan jangan takut” dengan spontan respon Petrus juga minta agar Tuhan memperbolehkannya berjalan di atas air. Petrus tidak bermaksud hendak mengadakan mujijat, sebab peristiwa berjalan di atas air bukan suatu yang asing. Orang kafir di India yang bertapa pernah berjalan di atas air. Saya juga pernah membaca seorang pesulap yang bernama Chris Angel juga dapat berjalan di atas air di Texas. Makanya di dalam konteks ini jelas sekali Petrus tahu bahwa Tuhan itu hadir. Dan kehadiran Tuhan itu sanggup menenangkan dan menghilangkan rasa takut.
Jika kita baca dengan teliti, kehadiran Tuhan itu melebihi kecepatan murid-murid- Nya mendayung perahu. Ini juga membuktikan kepada kita bahwa sebenarnya kehadiran Tuhan itu senantiasa lebih awal, walau sekalipun kita belum memikirkannya. Tuhan kita maha tahu, Ia sekaligus adalah Tuhan yang mengetahui dan menegerti kebutuhan kita; bahkan sebelum kita memintanya.
Kalau kita memiliki Tuhan yang demikian, mengapa kita tidak meminta Dia juga hadir dalam kehidupan kita. Petrus telah meminta kepada Tuhan, sehingga ia dapat berjalan di atas air. Jika Petrus tidak memintanya berarti ia akan kehilangan kesempatan yang Tuhan berikan kepadanya. Hari ini Tuhan itu hadir di tengah-tengah kita, jika kita tidak memakai kesempatan menerima kehadiran-Nya maka kemungkinan kita akan kehilangan kesempatan itu sama sekali.
Menurut orang Tionghoa ada tiga tipe manusia di dalam melihat kesempatan itu. Yang pertama, orang yang lemah, menunggu kesempatan. Yang kedua, orang yang kuat, menciptakan kesempatan. Dan yang ke tiga, orang yang cerdik/bijak memanfaatkan kesempatan. Nah, bagi orang lemah, bila kesempatan belum datang, dia akan menunggu dan menunggu sampai kesempatan itu datang, Bila setelah ditunggu kesempatan belum juga datang, dia berpikir, dan berpasrah beginilah memang nasibku. Tipe manusia kedua: bagi orang kuat, bila kesempatan belum datang, dia akan mengunakan berbagai macam cara, kreatifitas, koneksitas, dan segenap kemampuannya untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya. Sedangkan tipe manusia ketiga: bagi orang cerdik/bijak, dia akan memanfaatkan kesempatan itu, karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang berharga, belum tentu kesempatan itu datang untuk kedua kali. Saya tidak tahu tipe anda yang mana, namun yang pasti Petrus telah memilih
posisi yang ke tiga, ia selalu menghargai kesempatan yang ada.
Saya sering mengatakan pada beberapa anak muda, mumpung gereja kita masih kecil, dan kesempatan anda terlibat dalam pelayanan begitu banyak; maka jangan sia-siakan itu. Selama masih terbuka bagi anda apalagi masih belum berkeluarga, pakailah kesempatan itu. Pernahkah kita berpikir ulang mengapa Tuhan memberi kesempatan kepada saya terlibat dalam pekerjaan-Nya? Apakah karena Tuhan kekurangan orang? Tidak ! Nah kalau hari ini kita diberi kesempatan, itu berarti anugerah. Hargailah, pakailah dan raihlah.
2. Berjalan di atas air juga berarti harus tanggalkan perahu
Petrus tidak dapat bertemu dengan Tuhan apabila ia tidak keluar dari perahu itu. Tidak gampang sebenarnya untuk memutuskan diri ke luar dari perahu itu. Walaupun di lautan banyak gelombang, paling sedikit lebih aman , lebih terjamin dan lebih nyaman bila berada di atas perahu. Keluar dari perahu berarti ada resiko basah dan resiko tenggelam dan mati..
Saya jadi teringat peristiwa July 4 tiga tahun yang lalu. Waktu itu bersama dengan beberapa pemuda kita ikut rafting di sungai Sacramento. Sebelum berangkat saya sudah wanti-wanti tentang apa yang bakal terjadi bila saya sempat keluar dari perahu itu. Oleh sebab itu sebelum mulai Rafting se[perti biasanya diadakan sedikit briefing untuk meberitahukan bagiamana supaya aman dalam perjalanan. Beberapa hal yang saya masih ingat terus antara lain; jika kita mendayung perlu seragam mengayunkan dayungannya, yang lain bila ada aba-aba tunduk kita harus taati, kemudian jika ada aba-aba hentikan dayungan, atau tiarap maka kita harus segera lakukan
Ceritanya perahu kami yang ditumpangi tujuh orang itu mulai berjalan. Heran sekali, baru berjalan dalam hitungan beberapa menit ada seperti terjunan yang pertama. Semua sudah siap-siap. Perahu kami ikut melaju cepat, namun saya terdampar keluar dan masuk ke dalam sungai. Untungnya saya pegang erat tali yang ada di kapal, sehingga walaupun tubuhnya sudah masuk sungai, talinya masih melekat di tangan saya. Benar-benar basah kuyup, dan orang Indonesia bilang “untungnya” masih timbul keluar, sehingga hari ini masih bisa bertemu dengan anda.
Tidak gampang mengikuti Tuhan, bagi orang Kristen baru mungkin masih tidak terlalu sulit, paling dikatakan oleh sang pendeta percaya pada Tuhan Yesus maka engkau selamat sambil mengutip Kisah 16:31. Apakah hal itu salah? Oh tidak tentunya. Namun, setelah itu kita perlu bertumbuh; dan proses pertumbuhan itu memerlukan pengorbanan. Salah satunya yaitu kita harus menanggalkan perahu ini.
Saya sendiri tidak tahu selama ini apa yang menjadi perahu anda? Apakah perahu anda adalah perusahaan orang tua dan segala warisannya? Apakah perahu anda itu adalah pekerjaan yang sedang anda kerjakan saat ini? Apakah perahu anda adalah kecerdasan yang anda milki selama ini? Apakah perahu anda adalah gelar anda? Janga samapi “perahu” ini selalu menghalangi anda bertemu dengan Tuhan.
3. Berjalan di atas air juga berarti harus fokus pada Tuhan
Petrus yang baru saja mengalami ketakutan karena angin sakal itu, sekarang ingin turun dari perahu untuk bertemu dengan Yesus. Satu pihak ia ingin memastikan bahwa yang di depannya itu benar-benar adalah Yesus, dipihak lain ia begitu yakin kalau Yesus yang mengijinkan dia berjalan di atas air sudah pasti aman dalam perlindungan- Nya. Namun siapa sangka , perkiraan Petrus meleset, justru ia hanya berjalan sebenatar lalu tenggelam. Tentu kita bertanya, mengapa Petrus tenggelam? Bukankah Yesus yang menyuruhnya berjalan di atas air itu? Benar sekali, Yesus yang menyuruih Petrus berjalan di atas air, namun perhatikan ayat 30 “ Tetapi ketika dirasanya tiupan angin” Terjemahan Alkitab Sehari-hari sama dengan beberapa terjemahan dalam bahasa Inggris, bunyinya “But when he saw the wind” (NIV) , “Tetapi ketika, maksudnya si Petrus melihat betapa besarnya angin di danau itu” Memang sesungguhnya angin tidak bisa kita lihat, tetapi kita bisa mengerti kalau sekarang Petrus berada di
atas lautan, sehingga tidak salah kalau terjemahan baru melogikakannya “Tetapi dirasakannya tiupan angin”
Apa maksudnya ketika Petrus melihat betapa besarnya angin? Maksudnya adalah pada waktu itu fokus perhatian Petrus beralih, tadinya ia melihat Yesus dan tujuannya hanya menemui Dia. Namun godaan datang, sehingga ia beralih perhatiannya, dan Alkitab mencatat Petrus takut dan mulai tenggelam. Demikian juga hal iman kita, pada saat fokus kita pada Yesus, maka kita akan kuat dan tanpa ketakutan. Namun bila fokus kita pada yang lain, maka kita mulai merasa takut . Nah kelebihan Petrus adalah pada saat yang penuh ketakutan dan tenggelam itu, ia masih sadar dan berteriak minta tolong kepada Yesus.
Ada banyak manusia yang pada waktu mengalami kesulitan berat lalu datang pada Yesus. Apakah hal ini salah? Tidak, orang ini telah memilih jalan yang benar. Ketika masih membutuhkan pekerjaan, mobil, anak dan harta kekayaan, ia bisa berdoa semalam suntuk dan berpuas berhari-hari, namun bila semua sudah diperoleh, fokusnya bukan lagi pada Yesus. Fokusnya beralih pada segala materi dan benda tersebut. Ke gerejapun mulai malas, alasannya capek dan anak-anak tidak bisa bangun pagi-pagi (padahal yang malas bangun dia sendiri), pelayananpun dikurangi, alasannya sibuk. Nah, dalam kondisi yang demikian, apabila kita tetap terlena dan tidak sadar, maka kita akan tenggelam terus. Itu sebabnya, bila benar anda telah merasakan kondisi ini, sama seperti Petrus kita harus berteriak “Tuhan , tolong” Namun selanjutnya saya juga menemukan akhirnya ada banyak orang percaya seperti ini terus terlena dengan keadaaan ini, dan kemudian hilang dari gereja dan persekutuan. Bahaya sekali
bukan!
Hari ini jika anda hendak berjalan di atas air, dan tetap dalam perlindungan Tuhan, maka yang pertama, anda harus meyambut kehadiran Tuhan, yang kedua anda harus turun dari perahu dan yang ketiga anda harus memfokuskan diri pada Tuhan. Ingat, kadang bukan angin badai, kesakitan, kemiskinan, sakit penyakit, atau kesusahan dan penderitaan yang membuat kita jauh dari Tuhan; tetapi bisa saja kesuksesan, kekayaan yang datangnya seperti angin sepoi-sepoi, dan akhirnya kita tenggelam. ( San Jose, 15 Juli 2007, 09.43 pm)
JIKA DOA KITA TIDAK DIKABULKAN
(Matius 7 : 7a -11)
Tuhan itu baik, namun mengapa Ia tidak mengabulkan setiap permohonan doa kita? Apakah Ia masih berkuasa di singgah sana? Salah satu konsep yang salah dari kita adalah selalu mengklaim janji Tuhan. Kita sudah berdoa, dan doa kita ini dengan sungguh-sungguh. Kadang dibarengi dengan puasa, berlutut dan cucuran air mata. Namun mengapa Tuhan tetap diam? Bukankah Alkitab mencatat mintalah maka akan diberikan kepadamu? Apakah rasul Matius salah mencatatnya? Apakah Tuhan mengingkari janji-Nya? Apakah Ia bohong? Rasanya tidak mungkin? Tetapi mengapa semua ini nyata terjadi?
Ada tiga hal yang bagi saya cukup penting, tatkala doa kita tidak dikabulkan? Dengan demikian kita bukan menjadi anak Tuhan yang selalu mempersalahkan Tuhan.
1. Jika Doa kita tidak dikabulkan Tuhan, bukan karena Dia Lalai
Kadang kita ragu, kita berpikir bahwa Tuhan itu tidak sanggup, karena doa kita tidak dikabulkan. Kita juga menganggap Tuhan itu seperti kita yang bisa keliru, yang bisa lalai. Namun sebenarnya kita sendiri perlu pengoreksian diri secara mendetail. Siapa diri kita saat ini sebenarnya? Mengapa Tuhan tidak mengabulkan permohonan kita? Ada apa dengan kehidupan kita? Apakah permintaan kita itu berguna? Apakah permintaan kita itu menjadi berkat bagi orang lain?
Yohanes 15 : 17 mencatat, “Jika kamu tinggal di dalam Aku dan Firman Ku tinggal di dalam bersama Kristus, mintalah apa saja yang kamu kehendaki” Saya yakin ada banyak orang yang percaya akan ayat ini? Mintalah apa yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya, apakah hal ini salah? Tentu tidak bukan. Tetapi kita perlu perhatikan baik-baik, bahwa firman Tuhan berkata “ Jika kamu tinggal di dalam Aku” Sehingga di dalam doa-doa kita hal ini merupakan syarat utamanya.
1 Yohanes 5 :14 mencatat “ Ia mengabulkan doa kita jika meminta sesuatu menurut kehendak-Nya” Persoalannya bukan Tuhan itu lalai. Namun lebih dari itu kemungkinan segala permintaan kita tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Bagimana bisa sesuai dengan kehendak Tuhan? Tentu kita perlu tahu apa yang dikehendak-Nya? Sepertinya bolak-balik kalimat ini, namun bagaimana mengetahu kehendak-Nya? Untuk mengetahui kehendak-Nya kita perlu mebaca sabda-Nya, bergaul dengan-Nya, memahami sifat-Nya dan mencarai tahu apa yang tidak disukai-Nya.
Seorang teman bercerita pada saya begini, dia mencoba untuk mengevaluasi kehidupan masa lalunya. Ia pernah memiliki konsep yang salah pada Tuhan dan ia merasa sangat kecewa sekali pada-Nya. Ia sudah berdoa dengan sungguh untuk berdampingan dengan pacarnya. Namun tiba-tiba karena campur tangan pihak orang tua, ia harus berpisah dengan sang pacar. Kemudian sang pacar menikah dengan pria kesukaan orang tuanya yang kaya raya.. Semenatara ia dengan segala kekecewaaan terus bertahan dan berjuang sekolah hingga mendapatkan gelar master di Amerika dan saat ini ia mendapatkan perkerjaan yang mantap dengan gaji dan posisi yang baik. Mengenang semua itu, ia melihat ada sebuah benang merah kasih Tuhan baginya, seandainya ia memaksa permintaannya kepada Tuhan dan menikah saat itu, mungkin saja kuliahnya berantakan dan saat ini entah apa jadinya. Namun ia sadar bahwa Tuhan itu baik, Ia justru tidak mengabulkan doa-doanya, dan ternyata Tuhan tahu yang terbaik buat dirinya. Hari ini ia bisa tinggal di Amerika, dengan menamatkan sekolahnya, mendapatkan pekerjaan yang baik, sudah punya pacar yang baik, cantik dan cinta Tuhan serta sebentar lagi akan menikah. 2 Petrus 3 :9 “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada ornag yang menganggap-Nya sebagai kelalaian. Tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menmghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan semua ornag berbaik dan bertobat”
2. Jika doa kita tidak dikabulkan Tuhan , bukan berarti Dia Menyusahkan kita
Tuhan tidak pernah menyusahkan anak-anak-Nya. Ia seperti seorang bapa yang selalu memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. Tatkala ayah atau ibu kita hendak mengajarkan kita yang baik, ia kadang rela membiarkan kita mengalami keadaan yang tidak enak dan susah, tujuan utamanya bukan menyusahkan kita, tetapi justru untuk kebaikan untuk kita. Contohnya, jika orang tua ingin kita sembuh dari sakit penyekit, ia harus rela kita disuntik oleh dokter.
Sabtu lalu 4 Agustus 2007 saya diajak pemuda di gereja untuk berwisata ke San Francisco melewati Jembatan Golden Gate menuju Sausalito kurang lebih 13 Km dengan naik sepeda. Sejenak saya tersentak kaget, karena sejak tamat SMA tahun 1982 saya tidak pernah naik sepeda lagi, kalau dihitung-hitung sudah 25 tahun (gila, seperempat abad, cepat sekali waktu berlalu). Itu sebabnya hati saya berdebar dag dig dug, tatkala mencobai sepeda tersebut. Puji Tuhan ternyata saya masih bisa. Saya jadi teringat sewaktu pertama kali bekajar naik sepeda, waktu itu dimulai dengan memakai sepeda beroda tiga. Kemudian dilanjutkan dengan orang tua yang memegangnya dari belakang supaya saya tidak jatuh, namun tetap saja tidak bisa naik sepeda itu. Untuk itu maka suatu hari, orang tua saya membiarkan saya belajar naik sepeda itu sendiri. Coba dan coba lagi, kadang jatuh, terpelanting, luka dan lecet. Namun ia tetap mebiarkan saya latihan sendiri, hingga saya bisa naik sepeda. Mereka bukan menyakiti saya, namun merkla ingin saya bisa naik sepeda.
Semua doa kita yang belum dan tidak dikabulkan tujuannya agar melatih supya kita tidak bosan-bosannya meminta kepada-Nya. Namun ingat jangan sampai kita memaksa Tuhan, sebab meminta itu bukan memaksa, kita perlu membedakannya. Kadang dengan menunda dan tidak mengabulkan doa, Tuhan ingin memperjelas kehendak-Nya. Kita boleh saja berulang-ulang meminta hingga suatu saat kita merasa tidak perlu lagi apa yang kita minta, nah pada saat itulah kita baru ketahui apa yang Tuhan kehendaki di dalam hidup kita ini.
Tidak salah bila seorang pemuda jatuh hati pada seorang pemudi, lalu di dalam doanya ia meminta agar Tuhan boleh memberikan pemudi tersebut sebagai pacarnya. Namun sejalan dengan itu ternyata respon sang pemudi dingin saja, bahkan tidak ada tanda-tanda yang berarti untuk dijadikan pacar. Sang pemuda begitu tertarik dengan kecantikan dan kelembutan serta keramahan sang pemudi; tetap saja merasa tidak tenang kalau tidak mendapatkan pemudi itu. Itu sebabnya sekali lagi ia meminta pada Tuhan, hingga suatu hari sang pemuda itu bertemu sang pemudi di sebuah Mall sedang bergandengan-tangan dengan kekasihnya. Mulai hari itu hatinya merasa begitu terpukul, namun karena ia seorang pemuda Kristen yang dewasa maka ia berusaha tetap tenang, dan menyerahkan pada Tuhan. Akhirnya diapun mengganti permohonan donya supaya terbuka jalan untuk menyunting pemudi yang lain.
Tuhan tidak akan dan tidak pernah menyusahkan kita, tetapi kesusahan dan kesulitan yang kita alami atas seijin dan pemantauan-Nya, asalkan dijalani dengan tetap setia dan patuh pada-Nya, maka hasil akhirnya pastilah suatu kebahagiaan dan kesukacitaan.
2. Jika Tuhan tidak mengabulkan Doa bukan berarti Dia mengabaikan kita
Tuhan juga tidak pernah mengabaikan kita, justru Ia sangat jeli memperhatikan kita. Pemazmur mengatakan bahwa Tuhan itu menjaga kita siang dan malam, Ia seperti seorang penjaga malam (Mazmur 121). Ia juga seperti gembala yang baik, yang selalu memelihara dan menjaga domba-dombanya (Mazmur 23). Itu sebabnya, kita bersalah bila mengatakan bahwa Tuhan itu mengabaikan kita.
Lalu mengapa doa kita tidak dikabulkan? Bukankah ini merupakan tanda-tanda pengabaian? Jika kita mengakui bahwa Tuhan itu baik dan maha tahu, tentu Ia juga mengetahui segala kebutuhan kita. Ia juga tahu apa yang baik dan buruk untuk kita. Makanya kita tidak perlu komplain terhadap apa saja yang diberikan Tuhan. Kadang apa yang kita pikirkan baik, belum tentu baik bagi Tuhan. Makanya kita perlu sabar mepelajari kehendak Tuhan yang sesungguhnya. Caranya adalah berdoa yang tidak jemu, membaca firman-Nya dan dengarkan pengalaman kesaksian orang-orang yang telah mengalami kasih Tuhan.
Saya pernah membaca tentang soorang ibu tua pedagang tempe di Bandung pernah bersaksi. Hari itu seperti biasanya ia hendak menjual tempe di pasar, namun ia kaget sekali karena tempe yang dibikinnya itu belum masak, artinya belum waktunya untuk dijual. Oleh karena itu ia berangkat ke pasar dengan setengah hati, karena tempenya bakal tidak dibeli orang. Pagi itu juga ia berdoa agar Tuhan segera membuat tempenya masak, namun selesai berdoa ia melihat tempenya tetap saja belum masak. Ia sedih sekali, hingga siang hari kebanyakan pedagang tempe sudah pulang, tempenya masih belum ada yang beli karena belum masak. Ia berdoa lagi supaya Tuhan menyatakan kuasa-Nya, namun ia kecewa karena tetap saja tempe tersebut tidak masak,. Hingga sore harinya tiba-tiba ada seorang ibu bertanya ke sana-sini, sebab beliau hendak membeli dalam jumlah banyak tempe yang setengah masak untuk di bawa ke Surabaya. Si penjual tempe juga kaget, sebab tidak pernah ada orang yang membeli tempe setengah masak. Itu sebabnya ia segera berdoa pada Tuhan lagi, kali ini dia berdoa agar Tuhan tidak perlu lagi membuat tempenya masak. Doa yang yang tidak terkabul bukan berarti Ia mengabaikan kita, tetapi justru ada maksud Tuhan yang lebih indah.
Jangankan doa kita, doa Tuhan Yesus saja juga tidak terkabul. “Jika Engkau berkenan, biarlah cawan ini berlalu dari pada-KU”, kenyataannya Tuhan Yesus tetap meneguk cawan pahit, artinya Ia tetap harus menderita hingga mati di atas kayu salib. Demikian juga rasul Paulus, ia mengidap satu penyakit, ia juga pernah berdoa pada Tuhan agar disembuhkan, namun Tuhan memandang bahwa penyakitnya bukan penghalang, tetapi justru dengan penyakit tersebut membuat rasul Paulus sadar bahwa ia manusia biasa yang kuasanya tidak melebihi Tuhan.
Doa yang tidak terkabul tidak harus membuat kita meninggalkan Tuhan, tetapi justru karena doa kita tidak terkabul maka kita harus lebih berusaha untuk belajar sebenarnya apa yang sesungguhnya dikehendaki Tuhan. Jika kita sebagai orang percaya menyadari ini, saya yakin kehidupan doa-doa kita akan lebih dewasa. Matius 7 : 11 mencatat “Tuhan meberikan yang baik”, jadi bagi saya jika memang doa kita tidak terkabul, itulah jawaban doa kita yang sesungguhnya yakni “tidak terkabul” , justru itu merupakan pemberian yang terbaik.